MEMPERINGATI HARI PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) SEDUNIA TAHUN 2024 “KENALI FUNGSI PARU PARU ANDA”
Penyakit Paru Obstruksi Kronik atau sering disingkat PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama. Penyakit ini biasanya menyebabkan seseorang kesulitan bernapas karena saluran paru-paru yang tersumbat.
PPOK bersifat progresif, artinya penyakit ini akan semakin memburuk seiring berjalannya waktu dan memiliki hubungan yang erat antara partikel gas berbahaya yang signifikan dan meningkatnya respons utama pada saluran napas salah satunya adalah asap rokok.
Hari PPOK Sedunia pertama kali diselenggarakan pada 2002 oleh Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). GOLD adalah lembaga yang bekerja sama dengan para tenaga medis profesional dan fasilitas kesehatan di seluruh dunia untuk meningkatkan kesadaran terhadap PPOK, serta meningkatkan upaya pencegahan dan pengobatan penyakit tersebut. Hari Penyakit Paru Obstruksi Kronis (World COPD Day) diperingati setiap tanggal 17 November dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk mencegah dan mengobati PPOK. Tema Hari PPOK tahun 2024 ini adalah ”Kenali Fungsi Paru-Paru Anda” yang bermakna bahwa pentingnya mengukur fungsi paru-paru, yang juga dikenal sebagai spirometri.
Dalam memperingati Hari PPOK Sedunia, RSD Nganjuk mengajak masyarakat untuk mengoptimalkan kepatuhan dan kedisiplinan pada penerapan protokol kesehatan serta menghimbau kepada masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat.
Gejala-Gejala PPOK yang umum ditemukan antara lain :
- Kesulitan bernapas, terutama saat melakukan aktivitas fisik.
- Mengi.
- Rasa sesak di dada.
- Produksi dahak setiap pagi akibat penumpukan dahak berlebih di paru-paru.
- Batuk kronis dengan dahak yang bisa berwarna jernih, putih, kuning, atau hijau.
- Kelebihan kebiruan pada bibir atau ujung kuku.
- Infeksi saluran pernapasan yang sering terjadi.
- Kelelahan.
- Penurunan berat badan yang tidak disengaja.
- Pembengkakan pada pergelangan kaki, kaki, atau tungkai.
- Penderita PPOK juga berisiko mengalami eksaserbasi, yaitu episode gejala yang lebih parah daripada gejala sehari-hari dan berlangsung selama beberapa hari.
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa PPOK terdiri dari dua jenis utama, yaitu bronkitis kronis dan emfisema. Beberapa orang bisa hanya memiliki salah satunya, tetapi ada juga yang memiliki keduanya.
Bronkitis kronis adalah peradangan jangka panjang pada bronkus, yakni saluran yang berfungsi menyalurkan udara dari tenggorokan ke paru-paru. Penyakit ini menyebabkan dinding pada saluran bronkus di paru-paru menjadi merah, bengkak, dan dipenuhi lendir.
Emfisema merupakan penyakit pernapasan yang menyebabkan kerusakan kantong udara (alveolus) pada paru-paru. Kerusakan ini membuat jumlah alveolus semakin sedikit, padahal kantong ini berfungsi sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
Beberapa faktor risiko yang menyebabkan PPOK yaitu:
- Merokok, pajanan asap rokok pada perokok aktif maupun pasif merupakan faktor utama penyebab PPOK serta penyakit pernafasan lainnya. Diperkirakan 1 dari empat rang perokok aktif mengdap PPOK
- Usia, PPOK akan berkembang secara perlahan ahan selama bertahun-tahun. Gejala penyakit umumnya muncul pada pengidap yang berusia 35 – 40 tahun
- Polusi udara, Misalnya asap kendaraan bermotor, debu jalanan, gas buangan industry, briket batu bara, debu vulkanik, gunung meletus, asap kebakaran hutan, asap obat nyamuk bakar, asap kayu bakar, asap kompor, polusi ditempat kerja (bahan kimia, debu/ zat iritasi dan gas beracun)
- Faktor Keturunan, Jika memiliki anggota keluarga yang PPOK , maka penderita memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit yang sama.
Lalu ada beberapa jenis pengobatan yang dapat digunakan dalam penanganan PPOK, antara lain:
- Berhenti merokok: Langkah yang paling penting dalam penanganan PPOK adalah berhenti merokok. Ini adalah satu-satunya cara untuk mencegah perburukan PPOK dan mengurangi dampaknya terhadap kemampuan bernapas. Dokter dapat memberikan strategi pengganti nikotin atau pengobatan lainnya serta memberikan dukungan untuk mencegah kambuhnya kebiasaan merokok.
- Pengobatan: Dokter dapat meresepkan berbagai jenis obat untuk mengatasi gejala dan komplikasi PPOK. Pengobatan ini dapat membantu mengurangi batuk, sesak napas, peradangan saluran napas, dan mencegah terjadinya eksaserbasi.
- Terapi pernapasan: Terapi pernapasan, seperti terapi oksigen atau program rehabilitasi pulmoner, dapat direkomendasikan oleh dokter.
- Pembedahan: Tindakan pembedahan jarang dilakukan dalam penanganan PPOK. Namun, dalam kasus emfisema yang berat dan tidak merespons pengobatan, operasi pengurangan volume paru atau transplantasi paru dapat menjadi pilihan.
PPOK dapat dideteksi sejak awal sehingga penderita mampu melakukan upaya-upaya preventif. Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh penderita PPOK untuk meningkatkan kesehatan mereka dan mengurangi gejala yang timbul, yaitu:
- Berhenti merokok, penderita PPOK sangat dianjurkan untuk berhenti dari kebiasaan merokok.
- Melakukan pola hidup sehat dengan olahraga yang teratur.
- Lakukan vaksinasi pneumonia, influenza, dan coronavirus
Jadi kapan sebaiknya ke dokter?
Jika penyakit paru-paru ini sudah menimbulkan gejala seperti berikut, pastikan Anda segera mengunjungi rumah sakit.
- Kesulitan mengatur napas atau berbicara.
- Kadar oksigen dalam darah yang rendah. Kondisi ini ditandai dengan bibir atau kuku yang membiru atau abu-abu.
- Tingkat kewaspadaan menurun.
- Jantung berdetak sangat cepat.
- Anjuran pengobatan untuk gejala yang memburuk tidak bekerja.
Setiap orang bisa memiliki gejala berbeda, termasuk yang tidak tertulis di atas. Jika Anda memiliki kekhawatiran akan gejala tertentu, konsultasi dokter adalah pilihan tepat untuk menjawab keraguan. Apabila ada keluhan atau ingin berkonsultasi, RSD Nganjuk mempunyai Dokter Spesialis Paru yaitu dr. Mei Budi Prasetyo, Sp.P(PKR)
Sayangi dan Jaga Kesehatan paru-paru kita
SELAMAT HARI PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) SEDUNIA
-
25 Nov, 2024 09:22